Asia Kembali Jadi Episentrum Covid-19, Varian JN.1 Diduga Penyebab Utama
![]() |
Foto: SHUTTERSTOCK/KIRA_YAN |
Republika Today – Lonjakan kasus Covid-19 kembali terjadi di sejumlah negara Asia, dengan varian JN.1 menjadi sorotan utama. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat peningkatan signifikan di India, Indonesia, Singapura, dan Malaysia. Lantas, apa yang membuat varian ini berbeda, dan bagaimana masyarakat harus menyikapinya?
Varian JN.1: Mutasi Terbaru yang Lebih Menular
JN.1, subvarian Omicron yang pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat pada September 2023, kini mendominasi penyebaran di Asia. Menurut Dr. Maria Van Kerkhove, pimpinan teknis Covid-19 WHO, varian ini memiliki mutasi spike protein yang memungkinkan penularan lebih cepat.
"JN.1 menunjukkan kemampuan menghindar imunitas yang lebih baik, tetapi belum ada bukti menyebabkan gejala lebih parah," jelasnya dalam konferensi pers pekan lalu.
Gejala yang Harus Diwaspadai
Laporan dari Kementerian Kesehatan Singapura menyebutkan gejala umum JN.1 mirip dengan varian Omicron sebelumnya, seperti:
Demam ringan hingga tinggi
Sakit tenggorokan
Kelelahan ekstrem
Hidung tersumbat atau pilek
"Pasien dengan komorbid seperti diabetes atau penyakit paru perlu lebih waspada karena risiko komplikasi tetap ada," tegas Dr. Leong Hoe Nam, pakar penyakit menular di Mount Elizabeth Hospital, Singapura.
Respons Pemerintah dan Langkah Antisipasi
Beberapa negara telah mengaktifkan kembali protokol kesehatan ketat. India, misalnya, memperketat pengawasan di bandara, sementara Malaysia mengimbau kelompok rentan untuk segera vaksin booster.
*"Kami memantau perkembangan JN.1 secara real-time. Masyarakat diharap tidak panik, tetapi tetap disiplin prokes,"* ungkap Dr. Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Kemenkes RI.
Analisis Ahli: Perlukah Khawatir?
Para ahli sepakat bahwa meski menular cepat, JN.1 tidak memicu gelombang parah seperti Delta. "Vaksinasi lengkap masih efektif mengurangi gejala berat," kata Prof. Tikki Pangestu, mantan direktur riset WHO Asia Tenggara.
Namun, dia mengingatkan: "Jangan abai! Tren kenaikan kasus bisa membebani sistem kesehatan jika tidak diantisipasi."
(ar/ar)
Post a Comment